Back

Rupiah Tertekan, USD/IDR Naik Usai Tarif Diblokir, Akankah PDB AS Balikkan Arah?

  • USD/IDR menguat ke 16.319 terdorong oleh penguatan Dolar AS pasca risalah rapat FOMC dan putusan pengadilan tarif AS, sementara pasar domestik tutup.
  • Stimulus pemerintah dinilai kurang efektif karena tak menyasar kelas menengah, sehingga dampaknya terhadap konsumsi dan Rupiah bisa terbatas.
  • Pasar menunggu data PDB AS kuartal 1 dan data AS lainnya, jika PDB mengejutkan bisa meningkatkan sentimen dan memperkuat USD lebih lanjut.

Spot USD/IDR menguat selama empat hari berturut-turut hingga Kamis pagi di awal sesi Eropa, pada saat berita ini ditulis harga berada di 16.319. Pada saat berita ini ditulis, Rupiah Indonesia (IDR) diperdagangkan di level 16.319 per Dolar AS (USD). Pasar keuangan domestik libur hingga akhir pekan, memberi ruang bagi Dolar AS untuk mendominasi pergerakan tanpa intervensi signifikan dari pelaku pasar lokal.

Pelemahan Rupiah terseret oleh lonjakan yang terjadi pada Greenback setelah rilis rapat FOMC tadi malam dan putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Perdagangan Internasional AS terkait tarif.

Pada hari Kamis, Indeks Dolar AS (DXY) sempat melonjak hingga ke 100,54 sebelum meluncur ke 100,09, namun indeks ini masih mencatat penguatan harian sebesar 0,23%.

Program Stimulus Pemerintah Indonesia Dinilai Tidak Cukup untuk Dorong Konsumsi

Pada hari Selasa lalu, 27 Mei 2025, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan perincian terkait program stimulus yang akan diberlakukan mulai 5 Juni, yang akan berlaku sepanjang Juni-Juli demi menjaga pertumbuhan ekonomi Kuartal 2 2025 di kisaran 5%.

Pemerintah mestinya lebih menyasar ke konsumen kelas menengah – kelompok yang selama ini menjadi motor utama konsumsi domestik – sayangnya, dalam skema saat ini, kelas menengah hanya mendapat manfaat terbatas, seperti subsidi transportasi. “Jika tujuannya adalah untuk meningkatkan konsumsi, maka pemerintah harus menyasar kelas menengah dengan pendapatan yang siap dibelanjakan,” menurut Achmad Nur Hidayat, dosen ekonomi dan kebijakan publik dari Universitas Pembangunan Nasional Jakarta, seperti yang dikutip dari CNA.

Dari sisi fundamental, stimulus ini berpotensi mendukung Rupiah jika benar-benar mampu meningkatkan permintaan domestik. Namun, jika tidak cukup kuat atau salah sasaran, respons pasar bisa netral atau hanya berdampak terbatas pada nilai tukar.

The Fed "Tunggu dan Lihat" Perkembangan Prospek Ekonomi

Dalam Risalah yang baru dirilis dari pertemuan pada tanggal 6-7 Mei, para pejabat The Fed mengalami dilema karena meningkatnya inflasi dan pengangguran dan harus memilih, apakah akan memperketat kebijakan suku bunga karena inflasi, atau memangkasnya demi mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Namun, para anggota sepakat bahwa mereka akan menunggu untuk melihat kejelasan lebih lanjut terkait prospek ekonomi.

Alat CME FedWatch menunjukkan bahwa peluang penurunan suku bunga The Fed di bulan Juli kini berada di kisaran 20,5 % dan di bulan September 56,4 %. Pasar memprakirakan The Fed akan memangkas sebesar 25 basis poin sebanyak dua kali pada tahun ini.

Pengadilan Perdagangan Internasional AS Blokir Tarif Trump

Sementara itu, terkait tarif perdagangan, Pengadilan Perdagangan Internasional AS telah memblokir sebagian besar tarif yang telah diberlakukan Trump, termasuk tarif 10% yang diterapkan pada sebagian besar mitra dagang dan Tiongkok. Menurut putusan tersebut, Presiden telah melampaui kewenangannya dan kemudian Trump melakukan banding ke Pengadilan Banding AS untuk Sirkuit Federal. Putusan tersebut langsung disambut positif oleh pasar, dengan Greenback melonjak tajam.

Pasar saham Asia "menghijau" menyusul putusan tersebut. Indeks Nikkei 225 Jepang mencatat lonjakan sebesar 1,88%, sementara KOSPI Korea Selatan menguat 1,89% atau naik 50,49 poin. Dari Tiongkok, Indeks Shanghai naik 0,70%, sedangkan Indeks Hang Seng Hong Kong menambahkan 1,29%. Di Australia, S&P/ASX 200 turut menguat tipis sebesar 0,15%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia pada perdagangan Rabu kemarin ditutup melemah di level 7.175,82 dan tidak mencatatkan pergerakan hari ini karena pasar tutup sehubungan dengan libur nasional.

RUU “One Big Beautiful” Berpotensi Membengkakkan Defisit AS

Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada kondisi fiskal AS. Defisit fiskal Amerika Serikat berpotensi meningkat lebih lanjut jika RUU “One Big Beautiful” yang diusulkan oleh Presiden AS, Donald Trump, diloloskan oleh Senat. Menurut proyeksi Kantor Anggaran Kongres (CBO), RUU tersebut akan menambah defisit sebesar $3,8 miliar.

Kebijakan ini diprakirakan akan membuat imbal hasil obligasi tetap tinggi dalam jangka waktu lebih lama, membuat biaya pinjaman tetap tinggi dalam waktu yang lama, tak hanya bagi pemerintah, tetapi juga bagi konsumen dan pelaku usaha. Elon Musk, turut mengkritisi kebijakan ini, “terus terang, saya kecewa melihat besarnya tagihan pengeluaran itu, meningkatkan defisit anggaran, bukan menguranginya," ujarnya dalam wawancaranya dengan CBS Sunday Morning.

PDB Pendahuluan AS Kuartal 1 Diprakirakan tetap Terkontraksi

Fokus pelaku pasar kini tertuju pada serangkaian rilis data ekonomi penting dari AS pada hari Kamis, termasuk Estimasi awal PDB kuartal pertama, Klaim Tunjangan Pengangguran mingguan, dan data Penjualan Rumah Tertunda.

Konsensus pasar memprakirakan PDB AS akan tetap mencatat kontraksi sebesar 0,3%. "Namun, apabila data aktual justru menunjukkan pertumbuhan yang mengejutkan, hal ini berpotensi meningkatkan sentimen pasar secara signifikan. Sebaliknya, tanda-tanda pelemahan yang lebih agresif justru bisa membebani sentimen," catat Yohay Elam, Analis Senior FXStreet.

Indikator Ekonomi

Produk Domestik Bruto Disetahunkan

Produk Domestik Bruto (PDB) riil tahunan, dirilis setiap triwulan oleh Biro Analisis Ekonomi AS, mengukur nilai barang dan jasa akhir yang diproduksi di Amerika Serikat dalam periode waktu tertentu. Perubahan PDB merupakan indikator paling populer untuk kesehatan ekonomi negara secara keseluruhan. Data dinyatakan dalam tingkat tahunan, yang berarti bahwa tingkat tersebut telah disesuaikan untuk mencerminkan jumlah PDB yang akan berubah selama satu tahun, jika terus tumbuh pada tingkat tertentu. Secara umum, pembacaan yang tinggi dipandang sebagai bullish bagi Dolar AS (USD), sementara pembacaan yang rendah dipandang sebagai bearish.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Kam Mei 29, 2025 12.30 (Pendahuluan)

Frekuensi: Kuartalan

Konsensus: -0.3%

Sebelumnya: -0.3%

Sumber: US Bureau of Economic Analysis

Biro Analisis Ekonomi AS (BEA) merilis pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara tahunan untuk setiap kuartal. Setelah menerbitkan perkiraan pertama, BEA merevisi data dua kali lagi, dengan rilis ketiga mewakili pembacaan akhir. Biasanya, perkiraan pertama adalah penggerak pasar utama dan kejutan positif dilihat sebagai perkembangan positif USD sementara data yang mengecewakan kemungkinan akan membebani greenback. Pelaku pasar biasanya mengabaikan rilis kedua dan ketiga karena umumnya tidak cukup signifikan untuk mengubah gambaran pertumbuhan secara bermakna.

Tarif FAQs

Meskipun tarif dan pajak keduanya menghasilkan pendapatan pemerintah untuk mendanai barang dan jasa publik, keduanya memiliki beberapa perbedaan. Tarif dibayar di muka di pelabuhan masuk, sementara pajak dibayar pada saat pembelian. Pajak dikenakan pada wajib pajak individu dan perusahaan, sementara tarif dibayar oleh importir.

Ada dua pandangan di kalangan ekonom mengenai penggunaan tarif. Sementara beberapa berpendapat bahwa tarif diperlukan untuk melindungi industri domestik dan mengatasi ketidakseimbangan perdagangan, yang lain melihatnya sebagai alat yang merugikan yang dapat berpotensi mendorong harga lebih tinggi dalam jangka panjang dan menyebabkan perang dagang yang merusak dengan mendorong tarif balas-membalas.

Selama menjelang pemilihan presiden pada November 2024, Donald Trump menegaskan bahwa ia berniat menggunakan tarif untuk mendukung perekonomian AS dan produsen Amerika. Pada tahun 2024, Meksiko, Tiongkok, dan Kanada menyumbang 42% dari total impor AS. Dalam periode ini, Meksiko menonjol sebagai eksportir teratas dengan $466,6 miliar, menurut Biro Sensus AS. Oleh karena itu, Trump ingin fokus pada ketiga negara ini saat memberlakukan tarif. Ia juga berencana menggunakan pendapatan yang dihasilkan melalui tarif untuk menurunkan pajak penghasilan pribadi.

EUR/USD harus terlebih dahulu ditutup di bawah 1,1200 untuk melanjutkan penurunan – UOB Group

Kelemahan lebih lanjut tidak dapat diabaikan; belum jelas apakah Euro (EUR) dapat menembus dan bertahan di bawah 1,1200 terhadap Dolar AS (USD). Dalam jangka panjang, untuk terus mengalami penurunan, EUR harus terlebih dahulu ditutup di bawah 1,1200, catat analis Valas UOB Group, Quek Ser Leang dan Peter Chia
Baca selengkapnya Previous

Minyak: Sentimen Membaik untuk Saat Ini – ING

Pasar minyak menguat kemarin seiring meningkatnya risiko sanksi terhadap Rusia, sementara pasar tampaknya kehilangan harapan bahwa kita akan melihat kesepakatan nuklir antara AS dan Iran. Ini mungkin telah menyebabkan pencabutan sanksi minyak yang akhirnya terjadi
Baca selengkapnya Next